Asal Usul Kedatukan Tanjung Limau Purut (Versi Sofyan Tanjung)



Paper Sofyan Tanjung : 'Tinjauan Sejarah Asal Usul Kerajaan Tanjung Di Tanjung Limau Purut'. Dibuat untuk memenuhi syarat dalam meraih gelar BA (Sarjana Muda) dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Jurusan Sejarah Universitas Islam Sumatra Utara, Medan. tahun 1979. 


Dalam paper yang ditulis oleh Sofyan Tanjung (ST)  disebutkan bahwa rombongan Datuk Umar Palangki berasal dari kampung Palangki  merupakan pemukim pertama yang membuka wilayah dan mendirikan Kerajaan Tanjung. Mereka berlayar mengikuti sungai Siak hingga menuju  selat Malaka. Dari sana rombongan menyisir Pantai Timur Sumatra ke arah Barat Laut hingga sampai ke wilayah pantai Batubara. 

Mengenai alasan perpindahan dijelaskan sebagai berikut:

Dalam abad yang ke XIX terjadi kekacauan Politik di Minangkabau (Sumatra Barat) akibat campur tangan Belanda dalam perselisihan kaum adat dengan kaum agama. Yang kemudian lebih dikenal perselisishan antara raja-raja dengan kaum Padri. Perselisihan tersebut merugikan pribadi ataupun kelompok dan turut campur tangannya Belanda akan menimbulkan korban terhadap rakyat maka timbullah perpindahan dari daerah kekacauan politik tersebut (Minangkabau) ke daerah yang lebih aman. 

Menurut ST, mungkin karena keindahan pantai Batubara  sehingga menarik minat Datuk Umar beserta rombongan untuk berlabuh disana. Sungainya juga tidak berawa-rawa dan tanahnya cukup subur. Mereka kemudian berlayar ke arah hulu menyusuri sungai Batubara sejauh kurang lebih 3 kilometer dan membuang sauh disana. 

Berdasarkan wawancara dengan seorang narasumber, didapat keterangan sebagai berikut:

"Bahtera Gajah Ruku memasuki sungai Batubara sejauh lebih kurang 3 km berlabuh disini. Dari sini nama Labuhan Ruku Sekarang." (Wawancara ST dengan Mhd. Arsyad, Pensiunan Kantor Camat Air Putih tanggal 10-10-1978, jam 10.00 di Desa Aras).

Selanjutnya ST mengisahkan bahwa Datuk Umar dan keluarga besarta rombongan bertempat tinggal di Batubara. Namun  daerah baru ini kurang menyenangkan bagi Datuk Umar sehingga mereka melakukan hijrah yang kedua  mencari daerah yang lebih serasi. 

Pelayaran kali kedua ini dilakukan dengan menyusuri pantai Batubara ke utara melewati sungai Gambus yang kecil dan berawa-rawa. Dari muara sungai Gambus mereka melihat sebuah tanjung (daratan yang menjorok ke laut) yang cukup indah dan memutuskan untuk berlayar kesana. Mereka kemudian menemukan sebuah sungai  besar yang tidak berawa-rawa. Sungai itu oleh Datuk Umar diberi nama sungai Tanjung 

Selanjatnya kapal bergerak ke arah hulu sungai hingga dijumpai sebuah pematang pasir yang ditumbuhi pohon-pohon hutan yang dapat dimakan buahnya seperti pisang hutan (pisang uncin) dan rotan yang dapat dimakan umbinya.   Disiniah akhirnya Datuk Umar bersama rombongan memutuskan untuk menetap dan membuka perkampungan.  

Menurut ST, dalam tradisi  suku Melayu, limau purut dipercaya memiliki kekuatan untuk mengusir roh-roh jahat. Meskipun Datuk Umar sekeluarga adalah muslim yang fanatik, tapi kepercayaan ini telah mendarah daging sehingga kemanapun mereka pergi selalu membawa buah maupun biji limau purut. Baik sebagai obat maupun sebagai bibit untuk ditanam. Mereka menanam bibit pohon limau purut di pematang pasir pinggir sungai Tanjung. Dari sinilah asal mula nama daerah Tanjung Limau Purut. Karena  berada pada sebuah pematang pasir yang banyak ditumbuhi pohon limau purut di tepian sungai Tanjung, di sebuah daratan yang menjorok ke laut.

Berdasarkan hasil wawancara ST dengan seorang tokoh, didapatkan keterangan sebagai berikut:  

"Datuk Umar memberi nama tempat yang didiaminya itu Tanjung Limau Purut, karena terletak di pinggir sungai Tanjung diatasnya tumbuh pohon limau purut yang subur." (Wawancara dengan Haji Amin Yahya, anggota DPR Tingkat II Asahan tanggal 25 Oktober 1978, jam 20.00 wib d Desa Tanah Merah)

Tanah Merah, 16 Juni 2021

(Abdul Kahar Kongah)

_


Posting Komentar

0 Komentar