Geografi Kedatukan Tanjung Limau Purut[1]
Foto: Ilustrasi |
Menurut Haji Muchtar Tanjung (HMT) ada dua rombongan yang merupakan cikal bakal penduduk Kedatukan Tanjung Limau Purut, Yaitu romobngan Datuk Umar Palangki dan rombongan Kampar.
Rombongan Pertama
Rombongan ini dipimpin oleh Datuk Umar Palangki sendiri bersama beberapa anggota keluarga dan kerabat, diantaranya:
1. Kulo, adik perempuan Datuk Umar
2. Mat Janggut, suami Kulo.
3. Panglima Tenggang yang merupakan orang
kepercayaan Datuk Agung Palangki, ayah dari Datuk Umar Palangki.
4. Panglima Hitam
5. OK Jopar
6
Saonah, istri OK. Japar
Lebih lanjut HMT menjelaskan, pasangan
Ok.Japar dan Saonah memiki anak Datuk Sokin ayah dari OK. Ahmad Bakri Alamsyah
Kuwala Tanjung.
Rombongan Kedua
Karena jumlah rombongan yang terlalu sedikit
dengan wilayah yang begitu luas, Datuk Umar berinisiatifi untuk mendatangkan
lebih banyak orang dari kampung halamannya di Minangkabau. Bersama Panglima
Tenggang mereka berlayar kembali, namun tidak seperti tujuan semula. Mereka
hanya sampai di wilayah Kampar. Disana Datuk Umar berjumpa dengan sahabatnya
Nakhoda Indrajaya dan Datuk Maabut. Datuk Umar dan Panglima Tenggang kembali ke
Tanjung Limau Purut bersama dua orang sahabatnya dan rombongan dari Kampar.
Rombongan tersebut juga membawa serta bibit tanaman seperti durian, manggis dan
sebagainya.
Seminggu kemudian Datuk Umar membagi-bagi
wilayah pemukiman berdasarkan hasil musyawarah dengan pemukim pertama dan
rombongan dari Kampar. Panglima Tenggang mendapat wilayah di Kuwala Tanjung,
sesuai dengan fungsinya sebagai penglima yang menjaga keamanan wilayah Tanjung
Limau Purut. Selanjutnya masing-masing puak mendapat lahan di daerah Pematang
Jering, Pematang Tobat, Kampung Durian
dan Pematang Tongah. Wilayah-wilayah tersebut kemungkinan merupakan pemukiman
pertama yang dibuka dimasa Datuk Umar Palangki.
Dalam wawancara Sofyan Tanjung (ST) dengan OK.
Zainuddin (1979)[2] didapat
keterangan bahwa sekitar 3 kilometer dari Tanjung Limau Purut, terdapat
perkebunan durian yang menjadi kampung Durian sekarang. Akibat banjir ditahun
1940, Kampung Durian ditinggalkan oleh penduduknya.
Sebagaimana dijelaskan oleh ST, Di sebelah
Utara, wilayah Kedatukan Tanjung Limau Purut berbatasan dengan wilayah Datuk
Sipare-pare. Di Selatan berbatasan dengan Datuk Lima Puluh. Di sebelah Barat
berbatasan dengan Kenegerian Bandar (Simalungun) dan di sebelah Timur
berbatasan dengan Selat Malaka.
Secara geografis Kedatukan Tanjung Limau Purut
berada di sisi sungai Tanjung. Di hulu diapit oleh sungai Gambus dan sungai
Sipare-pare yang berasal dari aliran sungai Bahbolon. Jarak dari hulu ke muara
sungai Tanjung sekitar delapan jam mendayung sampan atuau sekitar 32 kilometer.
Wilayahnya terdiri dari tanah berawa di bagian muara (pantai). Di daerah rawa
tumbuh pohon nipah, rumbia, rotan dan bakau yang oleh penduduk setempat menjadi
komoditas perdagangan yang dibawa ke Batubara, Perdagangan (Simalungun), Bandar
Khalifah dan Tanjung Balai.
Di wilayah darat terdiri dari pematang pasir
dan daratan yang lebih tinggi yang baik untuk bercocok tanam. Pada wilayah ini
hidup subur tanaman padi, kelapa, durian, pisang, langsat, pala dan sebagainya.
Selebihnya, masih berupa hutan rimba yang ditumbuhi pohon-pohon kayu besar.
Setelah tahun 1936 kayu hutan-hutan itu ditebang untuk dijadikan kayu balok
oleh perusahaan BOS & CO milik Wong A Tan dari Tebing Tinggi. Kemudian
Hutan ini menjadi kampung Pematang Panjang dan Limau Sundai pada tahun 1945.
[1] Seluruh data maupaun informasi dalam tulisan ini merujuk pada dua sumber utama yaitu:1) Makalah Haji Muchtar Tanjung berjudul ‘Sejarah Ringkas Lahirnya Kerajaan Tanjung’ (tanpa tahun). Kemungkinan dibawakan dalam diskusi panel suku sakat Tanjung Limau Purut yang bertema 'Sejarah Kerajaan Tanjung'. Diskusi panel ini diadakan di desa Tanah Merah, Minggu 24 Januari 1993. Perkiraan ini didasarkan dari kliping koran yang dsertakan dalam tulisan HMT yang lain bertanggal 7 Juli 2001, tanpa judul. Berita dalam kliping koran tersebut menjelaskan: 'Ada tiga makalah yang disajikan pada panel diskusi yang disajikan padapanel diskusi yang berlansung sehari penuh itu. Muchtar Tanjung yang mantan anggotanDPRD Tk.II Asahan menyajikan makalah berjudul 'Sejarah Ringkas Lahirnya Kerajaan Tanjung’. 2) Paper yang ditulis oleh Sofyan Tanjung untuk meraih gelar BA dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan tahun 1979 dengan judul: Tinjauan Sejarah Asal Usul Kerajaan Tanjung Di Tanjung Limau Purut.
[2] Wawancara Sofyan Tanjung dengan OK. Zainuddin, Pensiunan Kantor Bupati
TK-II Asahan Tgl 30-10-1978 jam 21.00 wib di Desa Tanah Merah.
0 Komentar