Pemberontakan Panglima Bakar

Foto: Ilustrasi 

Dalam makalah H. Muchtar Tanjung dalam subjudul:  'Kebaikan Yang Membawak Bencana:Terjadi Peperangan', di jelaskan bahwa pada tahun 1804 Panglima Bakar beserta pengikutnya diberikan tempat di Pematang Tongah oleh OK Mamat. Sementara dalam buku Morna maupun Flores Tanjung, dkk., dijelaskan bahwa permintaan Panglima Bakar untuk membuka kampung di wilayah kekuasaan Tanjung Limau Purut terjadi sekitar tahun 1794 dimasa pemerintahan  OK Momad (OK Mamat atau Datuk Mohammad).

Panglima Bakar beserta istri dan para pengikutnya berasal dari Kedatukan Bogak. Tidak dijelaskan apa yang menyebabkan mereka berhijrah dari tempat asal  ke wilayah kekuasaan OK Momad. Panglima Bakar memohon untuk diberikan wilayah untuk pemukiman mereka.  Permintaan tersebut dikabulkan OK Momad. Mereka diberikan tempat untuk dibuka sebagai perkampungan di Kampung Tongah yang bersebelahan dengan kampung Limau Purut dan hanya dipisahkan oleh sungai Tanjung.

Haji Muchtar Tanjung  selanjutnya menjelaskan, setelah beberapa lama menetap diwilayah tersebut, secara perlahan Panglima Bakar mulai menunjukkan sikap yang menentang. Dia tidak lagi mau tunduk dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh OK Momad sebelumnya. Panglima Bakar juga tidak lagi memberikan pembagian pajak/cukai sebagaimana yang telah disepakati ketika ia mengajukan permohonan untuk menetap di wilayah kekuasaan OK Momad[1]. Bahkan Panglima Bakar sudah bertindak terlalu jauh. Ia bersama pasukannya sudah bersiap berperang  untuk memberontak kepada Tanjung Limau Purut.. Melihat gelagat ini, OK Momad pun mempersiapkan pasukannya.

Peperangan pun tidak dapat dihindari lagi. Panglima Bakar kemudian membawa pasukannya ke Tanjung Muda, pusat pemerintahan OK Momad yang baru. Dalam peperangan tersebut pasukan OK Momad berhasil memukul mundur pasukan lawan. Panglima Bakar tewas tertembak dan pasukannya yang sudah terdesak kemudian melarikan diri.

Cik Wan Istri Panglima Bakar tidak terima atas kematian suaminya. Ia menyimpan dendam kepada OK Momad dan ingin menuntuk Balas. Ia menyampaikan keinginan tersebut kepada Datuk Bogak. Namun penguasa Bogak tidak meluluskan permintaan Cik Wan untuk mengirim pasukan untuk menyerang OK Momad. Datuk Bogak beralasan bahwa kematian Panglima Bakar akibat kesalahannya sendiri. Namun Cik Wan tak putus asa, ia tetap ingin membalas dendam. Selanjutnya ia meminta bantuan ke Asahan.



[1] Dalam versi Morna maupun Flores Tanjung, dkk., disebutkan bahwa penyebab peperangan karena Panglima Bakar mengutip pajak secara paksa kepada orang-orang Simalungun yang datang berniaga ke Negeri Tanjung.  Mengenai buku Morna dan Flores Tanjung, dkk., dalam pembahasan Tanjung Limau Purut, lihat Historiografi Tanjung Limau Purut




Posting Komentar

0 Komentar