'Rombongan kecil ini...akhirnya sampai ke suatu kuala/muara sungai pesisir Selat Malaka. Disitu mereka menemukan pesisir pantai yang jauh menjorok ke tengah laut. Selanjutnya rombongan ini berkgerak mudik ke hulu sungai mencari tempat yang layak untuk dibuat tempat mendarat dan juga elok dijadikan tempat menetap. Setelah naik ke darat dan menemui pematang yang luas, mereka memutuskan untuk menjadikan pematang yang berpasir itu sebagai tempat tinggal bagi mereka.'
'Disekitar semak tak jauh dari pematang yang berpasir juga ditemui pepohonan, diantaranya pohon limau purut yang kebetulan sedang berbuah. Setelah bebeerapa waktu mereka tinggal disitu mereka memberi nama kepada daerah tersebut kampung Limau Purut sesuai nama pohon yang mereka temui.'
'Perpaduan antara beting yang menjorok ke laut dan terdapatnya pohon limau purut di pinggiran pematang itu menjadikan kampung ini akhirnya disebut Tanjung Limau Purut.'
Sementara Flores dkk mejelaskan hal yang kurang lebih sama dengan sedikit perbedaan sebagai berikut:
'Ketika pelayaran sampai di muara, ketemu kuala sungai yang betingnya menjumbul dari laut seolah-olah menyerupai sebuah pematang yang panjang sehingga menjorok ke laut membentuk semenjanjung, kelak tempat ini dinamakan Kuala Tanjung.'
'Rombongan seterusnya bergerak menelusuri sungai mengarah ke hulu untuk menemukan tempat yang layak didarati sekaligus cocok untuk tempat tinggal. Di sebuah pematang berpasir yang terhampar luas, mereka memutuskan berhenti dan bermukim di tempat itu. tak jauh dari kawasan pemikiman ditemukan beberapa pohon limau purut yang sedang berbuah sehingga mereka menamakan daerah temuan, Kampung Limau Purut.
Keterangan yang agak berbeda datang dari Sofyan Tanjung (ST). Ia menjelaskan bahwa sebelum sampai ke pematang pasir yang kemudian disebut Tanjung Limau Purut, Datuk Umar Palangki sudah menetap dulu di wilayah Labuhan Ruku (Batubara). ST menulis sebagai berikut:
'Mungkin karena keindahan pantai Batu Bara mereka tertarik untuk singgah di sana. Nyatanya memang sungai Batu Bara ini tidak berawa-rawa dan subur tanahnya. Di pinggir sungai Batu Bara sekarang terletak kota Labuhan Ruku...'
'Untuk sementara waktu Datuk Umar bersama keluarga kemudian bertempat tinggal di Batu Bara.'
'Karena daerah baru ini kurang menyenangkan baginya maka Datuk Umar dengan keluarganya mencari daerah yang lebih serasi.'
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Datuk Umar bersama rombongan tidak langsung membuka pemukiman dan menetap di kampung Limau Purut. Akan tetapi pertama kali mereka menetap di wilayah Batubara atau Labuhan Ruku. Namun karena suatu hal mereka memutuskan untuk meninggalkan wilayah itu dan menetap di Limau Purut.
Mengenai penamaan Sungai Tanjung, ST menjelaskan sebagai berikut:
'...karena letaknya sungai ini pada sebuah tanjung maka oleh Datuk Umar diberi nama Sungai Tanjung.'
Untuk panamaan wilayah Limau Purut dijelaskan sebagai berikut:
'...limau purut yang tetap dibawa dari daerah kampung halaman dulu (kampung Palangki), bijinya ditanamkan di pematang pasir dekat sungai tempat mereka berdiam. Dari sinilah asalnya awal nama Tanjung Limau Purut. Hal ini ada logikanya karena sungai ini letaknya di suatu tanjung dan pematang di pinggir sungai Tanjung yang ditumbuhi pohon limau purut.'
Berbeda dengan Morna dan Flores yang mengatakan bahwa limau purut memang sudah ada di pematang pasir sebelum rombongan Datuk Umar tiba ke tempat itu. Dari penjelasan ST di atas, menyebutkan bahwa pohon limau purut memang sengaja ditanam dari bibit yang mereka bawa dari tempat asal mereka kampung Palangki.
Dari paparan diatas kita bisa melihat bahwa terdapat perbedaan dalam dua hal antara lain:
1. Dalam versi Morna maupun Flores dkk menjelaskan bahwa Datuk Umar beserta rombongan berangkat dari daerah asal langsung menuju Limau Purut (Kuala Tanjung) dan menetap disana. Sementara menurut versi Sofyan Tanjung, rombongan tersebut menetap terlebih dahulu di Batubara untuk beberapa. Karena merasa tidak serasi disana mereka kemudian hijrah kembali ke wilayah Limau Purut.
2. Bila Morna maupun Flores memaparkan bahwa pohon limau purut yang ada di pematang pasir sudah tumbuh disana sebelum rombongan Datuk Umar Palangki tiba dan membuka wilayah di Limau Purut. Sementara menurut pendapat Sofyan Tanjung, pohon limau purut tersebut memang sengaja ditanam oleh mereka yang bibitnya dibawa dari kampung halaman di Palangki.
Tanah Merah, 19 Juni 2022
(Abdul Kahar Kongah)
0 Komentar