Tanjung Limau Purut (Historiografi)

 




Historiografi Tanjung Limau Purut 

Tanjung Limau Purut merupakan salah satu dari sembilan kedatukan yang pernah ada di wilayah Kabupaten Batubara. Daerah kekuasaannya mencakup sebagian Kecamatan Air Putih dan sebagian wilayah Kecamatan Sei Suka sekarang. Nama-nama pemerintahan Datuk (Kedatukan) tersebut antara lain: Lima Puluh, Lima Laras, Pangkalan Pesisir, Sipare-pare, Pagurawan, Tanjung Kasau, Bogak, Tanah Datar dan Tanjung Limau Purut. 

Nama-nama bekas kedatukan yang pernah ada di wilayah Kabuten Batubara sekarang ini diabadikan menjadi nama kecamatan atau nama desa yang masih wujud di dalam peta wilayah Kabupaten Batubara . Bekas Kedatukan Limapuluh diabadikan menjadi  nama kecamatan selain juga sebagai ibukota kabupaten.  Kecamatan Datuk Tanah Datar berasal dari nama dan wilayah Kedatukan Tanah Datar. Begitu juga dengan nama dan bekas wilayah kedatukan lainnya.

Namun tidak halnya dengan  Kedatukan Tanjung Limau Purut. Kita tidak dapat menemukan nama itu lagi di dalam peta .   Seolah kedatukan yang satu ini mendapat perlakuan yang berbeda.  Tapi untungnya pada tahun 1910, Belanda sempat membuat peta yang menunjukkan keberadaan wilayah tersebut sehingga bisa menjadi salah satu bukti otentik kebadaan Kedatukan Tanjung Limau Purut. Kemungkinan pemetaan tersebut dilakukan dalam rangka mengkapling-kapling wilayah Tanjung Limau Purut untuk konsensi  perkebunan bagi pemodal asing. 

Kisah tentang kebaradaan Tanjung Limau Purut hingga kini masih menjadi bagian dari memori kolektif masyarakatnya yang ditransmisikan  secara lisan turun temurun.  Sebagaimana umumnya sejarah lisan, ceritan tentang wilayah ini menghasilkan banyak versi Memori kolektif  dan sedikit tinggalan sejarah yang masih tersisa,  kemudian didokumentasikan lewat tulisan sehingga menghasilkan sebuah historiografi Tanjung Limau Purut. 

Historiografi atau penulisan sejarah tentang Tanjung Limau Purut telah dilakukan oleh beberapa penulis.  Salah satunya adalah Sofyan Tanjung (ST)  dalam papernya yang berjudul: Tinjauan Sejarah Asal Usul Kerajaan Tanjung Di Tanjung Limau Purut. Paper tersebut merupakan tugas kuliah  yang diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Muda (BA) dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan UISU tahun 1979. 

Paper yang ditulis antara tahun 1978-79 tersebut  memaparkan tentang asal usul dan keberadaan hingga lenyapnya kerajaan Tanjung (Limau Purut). Sumber-sumber tulisannya sebagian besar berdasarkan dari hasil wawancara dengan beberapa tokoh seperti H. Amin Yahya (waktu itu masih menjabat sebagai anggota DPR Tingkat II Asahan). Beliau memiliki garis keturunan sampai  Datuk Umar Palangki, raja pertama Kedatukan Tanjung Limau Purut. Selain itu ada Mhd. Arsyad, OK Zainuddin(keduanya pensiunan kantor bupati Asahan), Mohd. Kosim (Ketua GUPPI Kecamatan Air Putih), OK Hamid (pensiunan kantor PU Asahan) dan M. Barus Siregar (mantan camat Air Putih). Keselurahan wawancara  dilakukan antara bulan Oktober dan November tahun 1978. ST juga banyak mengutip dari buku Tengku Lukman Sinar berjudul 'Sari Sedjarah Serdang' yang terbit tahun 1971. 

Penulis lain adalah Haji Muchtar Tanjung (HMT). Sebagaimana yang ia tulis dalam sebuah makalahnya, beliau lahir pada tanggal 5 Oktober 1926.  HMT merupakan cicit dari Indrajaya, pemilik kapal sekaligus nakhoda yang membawa rombongan dari Kampar, pemukim awal yang kedua di Tanjung Limau Purut. 

HMT  menulis dua buah makalah yang substansi dan isinya kurang lebih sama. Makalah pertama berjudul 'Sejarah Ringkas Lahirnya Kerajaan Tanjung'. Makalah tersebut tidak mencantumkan tanggal penulisan  dan  juga tidak menjelaskan untuk tujuan apa makalah tersebut dibuat. Namun  pada makalah kedua  yang ditulis tahun 2001 menampilkan kliping artikel surat kabar yang bertajuk 'Menguak Sejarah Lama'.  Artikel pada kliping koran tersebut memaparkan bahwa pada hari Minggu tanggal 24 Januari 1993, suku sakat Kerajaan Tanjung menyelenggarakan diskusi panel yang bertema 'Sejarah Kerajaan Tanjung'. Diskusi tersebut dilaksanakan di Desa Tanah Merah Kecamatan Air Putih yang pada waktu itu masih wilayah Kabupaten Asahan.  Ada tiga pemakalah dalam diskusi panel yang baru pertama kali diadakan tersebut.  Salah seorang pemakalah adalah H. Muchtar Tanjung mantan anggota DPRD Tingkat II Asahan dengan judul makalah: 'Sejarah Singkat Lahirnya Kerajaan Tanjung'. 

Dari informasi tersebut kita bisa mengasumsikan bahwa makalah pertama yang berjudul 'Sejarah Ringkas Lahirnya Kerajaan Tanjung' adalah makalah yang dibawakan HMT pada diskusi panel diatas.  Menurut HMT, diskusi tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk meluruskan sejarah. Hal ini ia ungkapkan dalam makalah yang ditulis tahun 2001 sebagai berikut:

 'Untuk melempangkan sejarah ini, kami di Indrapura mengadakan Panel Diskusi mengenai sejarah ini.'

 Sumber  tulisan pada makalah pertama didasarkan dari  dokumen yang ditemukan oleh Abdullah Eteng (mantan bupati Asahan) pada tahun 1945 di kantor Sultan Asahan. Pada halaman pertama HMT menulis: 

"Berdasarakan dokumen yang ditemui oleh Bapak Abd. Eteng bekas bupati Asahan pada tahun 1945 di kantor Sultan Asahan pada masa Revolusi Proklamasi Kemerdekaan RI. Dimana beliau menemui sebuah dokumen tentang lahirnya kerajaan-kerajaan kecil di daerah Batubara ini adalah sebagai berikut:..." 

Tidak diketahui seperti apa  dokumen yang dimaksud. HMT tidak mencantumkan foto (gambar)  ataupun menjelaskan dimana tempat  dokumen tersebut tersimpan.  HMT juga tidak menyebutkan bagian mana saja dari makalah tersebut yang bersumber dari  dokumen yang  dimaksud.

 Selanjutnya, pada bagian Kata Pengantar makalah kedua HMT menulis:

"...Sejarah lahirnya kerajaan Tanjung ini banyak orang tidak mengetahuinya atau tidak tahu asal usulnya.” 

“Untuk itulah saya salah seorang cicit dari pendiri Kerajaan Tanjung bernama Indrajaya pemilik perahu yang membawak rombongan dari Sungai Kampar ke Tanjung Limau Purut. Lama dalam pelayaran tiga hari tiga malam." 

Pada paragraf akhir dalam  Kata Pengantarnya, HMT menjelaskan: 

"Demikianlah kisah berdirinya Kerajaan Tanjung ini yang yang diceritakan oleh moyang saya yang bernama Indrajaya kepada atuk saya bernama Kotib Madano/Haji Nordin dan diceritakan atuk saya itu kepada saya." 

Penulisan ini mungkin juga dilatarbelakangi oleh kekecawaan penulis terhadap pemangku Kerajaan Tanjung, sebagaimana  yang beliau ungkapkan pada halaman 2 : 

"Berhubung telah terjadi untuk kedua kalinya Pemangku Pemangku Kerajaan Tanjung tidak menepati janji atau engkar janji. Yang Pertama adalah Datuk Matjanggut, ipar dari Datuk Umar bin Datuk Agung Pelangki. Oleh karena Datuk Umar, raja dari Kerajaan Tanjung pertama telah tua dan ujur, maka untuk menggantikan beliau anaknya Datuk Ma Arus masih dibawah umur tidak bisa diangkat menjadi raja untuk menggantikan Datuk Umar. Maka diangkatlah Datuk Matjanggut sebagai pemangku Datuk Maarus. Dan apabila Datuk Maarus bin Datuk Umar dewasa, maka Datuk Matjanggut menyerahkan kembali jabatannya sebagai raja Kerajaan Tanjung kepada Datuk Ma Arus. Tapi Datuk Matjanggut engkar janji, maka beliau meneruskan jabatannya sampai achir hayatnya." 

Dari penjelasan  HMT diatas, para pemangku Kerajaan Tanjung sudah dua kali  ingkar janji. Pertama, Datuk Matjanggut sebagai pemangku pertama tidak menyerahkan jabatannya kepada ahli waris Datuk Umar yaitu Ma Arus. Sementara  untuk  pengingkaran janji yang kedua, HMT tidak menyebutkan secara eksplisit.  Secara tersirat, pengingkaran ini bisa dibaca pada paragraf kedua dan ketiga sebagai berikut:

"Selanjutnya beliau (Datuk Sendeh) juga sudah tua dan ujur. Untuk menggantikan beliau adalah Datuk Zainal Abidin. Begitu diangkat maka Datuk Zainal Abidin mati kena racun...." 

"Kerajaan ini dipangku oleh Abang iparnya, suami dari Seri Bulan (ber)nama Tengku Busu." 

"Dengan diam-diam Tengku Busu juga janjinya sebagai Pemangku Kerajaan Tanjung dan menukarnya menjadi Pemangku Negeri Indrapura dengan pangkat Bestuurder van Indrapura, Tahun Arab 1338 Hijrah, berdasarkan stempel yang dipergunakan Tengku Busu pada Thn. 26 Agustus 1939." 

Pada kalimat 'Dengan diam-diam Tengku Busu juga janjinya sebagai Pemangku...',  tidak terulis kata 'ingkar' , 'mengingkari' atau yang senada dengan itu, sehingga kita tidak bisa memastikan bahwa Tengku Busu telah ingkar janji atau tidak. Akan tetapi bila kalimat tersebut dihubungkan denga rangkaian kalimat yang lain, sesuai konteksnya, kalimat tersebut bisa ditafsirkan bahwa 'Tengku Busu telah mengingkari janji.' 

Penulisan tentang sejarah Tanjung Limau Purut juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Batubara yang ditulis dalam dua buah buku. Buku pertama berjudul Sejarah Batubara Dari Masa Kemasa ditulis oleh Muhammad Yusuf Morna S.Sos. Diterbitkan oleh Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Batubara tahun 2010. Kemudian pada tahun 2014 penerbit yang sama menerbitkan buku berjudul Sejarah Batubara: Bahtera Sejahtera Berjaya. Ditulis oleh Flores Tanjung, dkk. Karena diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat, kedua buku tersebut dapat dianggap sebagai buku sejarah resmi Kabupaten Batubara. 

Pada buku pertama (2010) sejarah Kedatukan Tanjung Limau Purut dipaparkan dalam  Bab IX dengan judul: Negeri Tanjung Limau Purut di Batubara. Sementara pada buku kedua (2014), sejarah Kedatukan Tanjung Limau Purut ditulis pada bab I halaman 41-43.

Sejarah Kedatukan Tanjung Limau Purut yang dipaparkan oleh kedua buku tersebut hampir seluruhnya memiliki kesamaan data ataupun informasi termasuk alur cerita. Perbedaan utama terletak pada redaksi atau narasi. Keduanya juga tidak meninggalkan satupun catatan kaki yang memudahkan pembaca untuk merujuk sumbernya. Mengingat sejarah Tanjung Limau Purut, pada bagian-bagian tertentu memiliki beberapa versi, sehingga perlu diketahui dari sumber atau versi mana sejarah tersebut ditulis. Kita tidak tahu apakah buku yang terbit belakangan telah menyadur dari  buku pertama. 

Dalam ibuku  terbitan pertama maupun yang kedua,  menyebutkan bahwa pemukim pertama Tanjung Limau Purut berasal dari Kuantan  Keterangan ini memiliki kesamaan dengan pendapat Tengku Lukman Sinar. Dalam kliping koran yang dicantumkan pada makalah kedua HMT,  disebutkan bahwa Tengku Lukman Sinar pernah menulis sebuah artikel di Harian Waspada edisi 26 Februari 1986. Dalam artikel tersebut Sinar menjelaskan bahwa rombongan pertama yang membuka wilayah Tanjung Limau Purut berasal dari Kuantan. Dipihak lain, baik HMT maupun Sofyan Tanjung menegaskan bahwa Datuk Umar bersama rombongan pertama berasal dari  Kampung Palangki Minangkabau.

 

Tanah Merah, 15 Juni 2022

 (Abdul Kahar Kongah)


Artikel Terkait:

Asal Usul Kedatukan Tanjung Limau Purut (VersiSofyan Tanjung)

Asal Usul Kedatukan Tanjung Limau Purut (VersiHaji Muchtar Tanjung)

Asal Usul Tanjung Limau Purut (Versi PemkabBatubara)

Penamaan Tanjung Limau Purut

Datuk Umar Palangki

Datuk Umar Palangki: Pemimpin Pertama TanjungLimau Purut

Geografi Kedatukan Tanjung Limau Purut


Posting Komentar

0 Komentar