Datuk Mat Janggut Dalam Pusaran Konflik (1)


Foto: Ilustrasi


 

Suksesi di Tanjung Limau Purut dari Datuk Umar Palangki ke adik iparnya Datuk Mat Janggut terjadi pada tahun 1784[1]. Haji Muchtar Tanjung (HMT) menjelaskan bahwa Datuk Umar mengundurkan diri sebagai penguasa karena usianya yang telah lanjut. Ia menunjuk  Datuk Mat Janggut sebagai penggantinya: 

Oleh karena Datuk Umar, Raja Kerajaan Tanjung Pertama telah tua dan ujur, maka untuk menggantikan beliau anaknya Datuk Ma arus masih di bawah umur tidak bisa diangkat menjadi raja untuk menggantikan Datuk Umar. Maka diangkatlah Datuk Matjanggut sebagai Pemangku Datuk Ma Arus. Dan apabila Datuk Ma Arus bin Datuk Umar dewasa maka Datuk Matjanggut menyerahkan kembali jabatannya sebagai Raja Kerajaan kepada Datuk Ma Arus.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Datuk Mat Janggut ditunjuk sebagai Pemangku Raja. Hal ini disebabkan anak-anak Datuk Umar masih belum cukup umur untuk menggantikan kedudukan ayahnya.  Kelak bila anak Datuk Umar dewasa, maka Mat Janggut harus mengembalikan kekuasaannya kepada anak Datuk Umar.  

Menurut Haji MuchtarTanjug, Datuk Mat Janggut berkuasa  dari tahun 1784 hingga 1794. Jadi lebih kurang sepuluh tahun. Karena anak-anak Datuk Mat Janggut tidak ada yang mau ditunjuk menjadi raja, maka diangkatlah adik bungsu Datuk Mat Janggut yaitu Datuk Mamat sebagai raja ketiga Tanjung Limau Purut.

Dalam hal ini, Sofyan Tanjung juga  memberi penjelasan yang kurang lebih sama dengan beberapa  tambahan sebagai berikut:

Ketika Datuk Umar telah lanjut usianya, maka beliau menunjuk suami adiknya  Umat (Amat)[2]. Datuk Umar tetap memegang pemerintahan sebagai Datuk, sedangkan Umat (Amat) suami dari Kulo menjadi gelar Penghulu Umat (Amat). Setelah wafatnya Datuk Umar Kedudukan Datuk dipegang oleh  Penghulu Umat (Amat).  Hal ini disebabkan putra almarhum Datuk Umar belum dewasa.

Lebih jauh dijelaskan bahwa dalam adat Melayu yang telah menjadi adat tradisi di Tanjung Limau Purut, yang menjadi datuk adalah putra dari Datuk Umar.  

Maarus putra tertua berusaha untuk mengambil haknya dari Mat Janggut  dengan cara damai. Ia coba melakukan upaya diplomasi  dengan Asahan dan Siak untuk meminta dukungan. Namun malang bagi Maarus. Ketika pulang dari Siak, ia dan nahkodanya bernama Abdullah dihempas gelombang dan mati di laut Selat Malaka.

Sepeninggal Maarus, usaha merebut kekuasaan diteruskan oleh adiknya bernama Taaris.  Tapi usaha ini pun gagal karena masyarakat lebih mempercayai kepemimpinan Datuk Mat Janggut. 

Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa Datuk Mat Janggut tidak mau menyerahkan kekuasaannya kepada ahli waris Datuk Umar ?



[1]  Baik Haji Muchtar Tanjung, Morna, dan Flores Tanjung dkk. Menyebutkan bahwa tahun 1784 merupakan peralihan kekuasaan dari Datuk Umar ke Datuk Mat Janggut.

[2] Ada penyebutan nama yang berbeda untuk adik ipar Datuk Umar Palangki (suami Kulo) yang menjadi pemimpin/raja kedua Tanjung Limau Purut. Haji Muchtar Tanjung, Muhammad Yusuf Morna, Flores Tanjung, dkk. menyebutnya Datuk Mat Janggut. Sementara Sofyan Tanjung menyebut Umat atau Amat.  

Posting Komentar

0 Komentar