OK Momad Sang Martir

Makam OK Momad
Foto: Makam OK Momad (Dok. Pribadi)

 


Almarhum Orang Kaya Mamat yang badannya tertinggal di Tanjung Muda dikebumikan di atas sebuah bukit sungai Tanjung yang sekarang selalu diziarahi masyarakat Indrapura sekitarnya, terutama suku Tanjung Limau Purut. (Sofyan Tanjung)

 

Kematian Panglima Bakar dalam pemberontakan terhadap Tanjung Limau Purut menyisakan dendam pada Cik Wan, istri Panglima Bakar[1]. Untuk membalaskan sakit hatinya, ia meminta bantuan kepada Datuk Bogak, namun penguasa Bogak tidak meluluskan permintaan tersebut. Tidak putus asa, Cik Wan memitan bantuan ke Asahan. Oleh Sultan Asahan yang waku itu sudah dibawah kendali Belanda, permintaan tersebut. Pasukan Asahan kemudian menyerbu benteng pertahan OK Momad di Tanjung Muda, pusat pemerintahan baru Tanjung Limau Purut.

Haji Muchtar Tanjung [2]menceritakan kejadian ini terjadi pada tahun 1843. Dalam peperangan ini, pasukan Asahan berhasil mendesak mundur pasukan Tanjung Limau Purut.  OK Momad bersembunyi di sebuah lumbung padi sementara putranya Mat Bandar bersembunyi di tempat lain. Namun sayang,  anak bungsu dari istri keduanya  tersebut dapat ditemukan.  Mat Bandar pun  diseret keluar dari tempat persembunyan dan kemudian dibunuh untuk memaksa keluar yang mereka buru. Melihat anaknya dibunuh, tanpa memperdulikan keselamatan dirinya sendiri,  OK Momad keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan sikap kesatria ia menyerang pasukan Asahan seorang diri untuk menuntut bela atas kematian anaknya. OK Momad akhirnya gugur dalam pertempuran yang tak seimbang itu setelah sebelumnya sempat menikam panglima pasukan Asahan hingga tewas.

Penguasa Tanjung Limau Purut itu mati sebagai seorang martir dengan kepala dipenggal. Sebagai bukti tewasnya OK Momad, kepalanya  dibawa ke Tanjung Balai untuk ditunjukkan kepada Sultan Asahan dan Belanda.  Sementara jasad tanpa kepala itu dikuburkkan ditempat tak jauh dari tempat OK Momad terbunuh.

Di lain pihak, Sofyan Tanjung menceritakan bahwa kematian OK Momad disebabkan oleh penghianatan kenalan baiknya dari Tanjung Balai. Diceritakan bahwa Belanda terus berusaha untuk menanamkan kekuasaanya di Tanjung Limau Purut. Ketika pasukan Belanda di Tanjung Limau Purut, mereka tidak menemukan OK Momad disana karena telah pindah ke Tanjung Muda[3]. Belanda hanya bertemu dengan Panglima Soman[4]. Oleh Belanda, Panglima Soman dipaksa untuk menangkap OK Momad. Panglima Soman tidak mau menghianati pemimpinnya. Ia bersama pasukannya justru melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda. Perlawanan tersebut dapat dipatahkan. Panglima Soman ditangkap dan dibawa ke Tanjung Balai.

Melihat gigihnya perlawanan dari Tanjung Limau Purut, usaha untuk menangkap OK Momad sepertinya tidak mungkin dengan cara kekerasan. Balanda kemudian merubah taktiknya lewat tipu muslihat. Pihak Belanda menemukan kenalan baik OK Momad di Tanjung Balai. Oleh Belanda ia diming-imingi hadiah yang besar bila berhasil menangkap OK Momad, hidup atau mati.  

Dalam wawancara Sofyan Tanjung dengan seorang tokoh, didapat penjelasan sebagai berikut:

“Orang Kaya Momat terbunuh di Tanjung Muda oleh kenalan baiknya dari Tanjung Balai. Kepalanya dipotong dibawa ke Asahan untuk dipersembahkan kepada Belanda dan Raja Muda Asahan di Tanjung Balai.”  (Wawancara dengan OK. Hamid, pensiunan PU Tk.II Asahan, 30-10-1978, jam 20.00 WIB di Desa Tanah Merah)

Selanjutnya Sofyan Tanjung  menceritakan :

Pembunuhan secara tipu muslihat tersebut tidak diduga oleh siapapun di dalam Kerajaan Tanjung (Tanjung Limau Purut). Tapi dengan penyelidikan lebih dalam setelah terbunuhnya Orang Kaya Mamat, dapatlah diketahui  seperti tersebut diatas. Almarhum Orang Kaya Mamat yang badannya tertinggal di Tanjung Muda dikebumikan di atas sebuah bukit sungai Tanjung yang sekarang selalu diziarahi masyarakat Indrapura sekitarnya, terutama suku Tanjung Limau Purut.

Dalam buku yang ditulis Morna  (hal. 101) hanya menyinggunh secara sekilas tentang kejadian ini seperti yang diceritakan , sebagai berikut:

‘Atas tewasnya Panglima Bakar, istrinya Cik Wan yang berparas elok dan berhidung mancung ini tidak merasa senang. Cik Wan dan orang-orangnya pergi meminta bantuan ke Datuk Bogak dan Sultan Asahan, untuk melawan penguasa Negeri Tanjung Limau Purut.’

Begitu juga dengan buku Flores Tanjung, dkk. (hal.42):

‘Kematiannya (Panglima Bakar) menimbulkan rasa tidak senang Cik Wan, lalu menuntut balas dengan meminta bantuan Datuk Bogak dan Asahan. Pergumulan berikutnya menyebabkan OK Mamat kalah dan dijatuhi hukuman pancung oleh Sultan Asahan.’

 

 



[1] Tentang kematian suami Cik Wan lihat artikel sebelumnya: Pemberontakan Panglima Bakar  https://voiceofbatubara.blogspot.com/2022/06/pemberontakan-panglima-bakar.html

[2] Tentang penulisan sejarah tentang Tanjung Limau Purut oleh Haji Muchtar Tanjung, Sofyang Tanjung, Muhammad Yusuf Morna dan Flores Tanjung, dkk., bisa dilihat di Historiografi Tanjung Lima Purut https://voiceofbatubara.blogspot.com/2022/06/tanjung-limau-purut-historiografi.html

[3] Tentang pemindahan pusat pemerintahan dari Tanjung Limau Purut ke Tanjung Muda bisa dilihat di OK Momad dan Pemindahan Ibukota https://voiceofbatubara.blogspot.com/2022/06/ok-momad-dan-pemindahan-ibu-kota.html

[4] Tentang Panglima Soman bisa dibaca di: Datuk Mat Janggut Dalam Pusaran Konflik https://voiceofbatubara.blogspot.com/2022/06/tanjung-limau-purut-suksesi-2.html

Posting Komentar

0 Komentar