Desa Majasari terletak di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Menurut Kemenakertrans (2016), Tingkat pengangguran terbuka di provinsi Jawa Barat tertinggi di Indonesia mencapai 1.794.874 jiwa. Jawa Barat juga menjadi provinsi pengerah tenaga kerja ke luar negeri (TKI) terbanyak berjumlah 105.478 jiwa. Indramayu merupakan Kabupaten asal TKI terbanyak dari provinsi Jawa Barat sebesar 25.52 jiwa dan 167 jiwa diantaranya berasal dari desa Mojosari.
Tingginya pengiriman TKI biasanya dilatarbelakangi persoalan ekonomi akibat sulitnya kesempatan kerja dan tinginya angka kemiskinan. Pemerintah Desa Majasari kemudian hadir untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi warganya. Terutama dibidang ekonomi dan upaya perlindungan terahadap warganya yang bekerja di luar negeri.
Sebagai upaya perlindungan bagi TKI, Desa Majasari mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes). Setiap warga yang akan bekerja di luar negeri harus menandatangani kesepakatan antara keluarga yang ditinggalkan, penyalur tenaga kerja dan Kepala Desa. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi permasalahan yang akan timbul baik pada saat keberangkatan, di luar negeri hingga saat kembali ke tanah air. Selain itu para TKI diharapkan bisa menjaga nama baik desa di negeri orang.
Desa Majasari juga mendirikan Rumah Edukasi bagi TKI. Di rumah ini diberikan pendidikan dan ketrampilan bagi calon TKI. Bagi anak-anak yang orang tuanya bekerja di luar negeri disediakan sekolah khusus. Selanjutnya, bagi TKI yang sudah pulang ke desa (tidak bekerja lagi), dibuatkan kelompok usaha bersama yang diberi nama Komunitas TKI Purna Mandiri dan Komunitas TKI Purna Sejati. Untuk memudahkan para TKI berkomunikasi dengan keluarganya di kampung, pemerintah desa menyediakan akses Wifi gratis di beberapa titik sehingga mereka bisa menjalin komunikasi tanpa biaya.
Mayoritas penduduk desa Majasari berprofesi sebagai petani dan peternak sehingga Pemdes bersama warga menciptakan klaster ekonomi yang berbasis pertanian dan peternakan. Desa Majasari memiliki usaha pengolahan daging sapi yang memproduksi bakso, abon, nuget dan lain lain. Selain itu ada juga kelompok usaha yang membuat kerajinan tas, bros, kerupuk, keripik pisang dan sebagainya. Para pemuda yang tergabung dalam karang taruna juga tak mau ketinggalan. Mereka menjalankan usaha sablon dan pemasaran produk yang ada di desa Majasari baik secara online maupun offline.
Dibidang pendidikan, selain mendirikan Rumah Edukasi, Desa Majasari juga memiliki perpustakaan dengan koleksi yang cukup lengkap untuk ukuran desa. Pemdes setempat juga menyediakan sepeda motor khusus yang dilengkapi dengan buku dan komputer yang terkoneksi dengan internet yang dijadikan sebagai perpustakaan keliling. Keberhasilan desa Majasari mengelola perpustakaan desa membuahkan pengakuan dan penghargaan. Pada tahun 2014, desa Majasari meraih juara III Lomba Perpustakaan Desa dan Kelurahan Tingkat Nasional.
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) juga terbilang sukses. Melalui usaha penggemukan sapi, Bumdes berhasil mengembangkan usahanya yang semula hanya memiliki 22 ekor sapi berkembang menjadi 200 ekor sapi.
Di bidang kesehatan dan lingkungan, desa Majasari menjalankan program yang disebut GERTAK PSN singkatan dari Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk. Gerakan ini melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sekaligus bertindak dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Desa Majasari menolak tindakan fogging (penyemprotan) dengan alasan bahayanya bagi kesehatan seperti keguguran dan sesak nafas. Selain itu racunnya tidak mudah hilang dan masih menempel di dinding rumah selama beberapa tahun. Sebagai gantinya, warga melakukan upaya 3M Plus: Menguras bak air, Menutup penampungan air dan Mengubur barang bekas. Plus menaburkan bubuk abate pada penampungan air dan memakai obat anti nyamuk. Pos Pelayanan Terpadu juga sudah terorganisir dan berjalan dengan baik.
Dalam upaya menciptakan lingkungan yang bersih, setiap warga diwajibkan membuang sampah pada tempatnya. Di didepan rumah tiap warga disediakan dua tempat sampah untuk sampah organik dan non organik. Sampah organik dijadikan pupuk untuk tanaman obat keluarga (toga) yang berada di pekarangan warga.
Di bidang informasi publik, desa Majasari dianggap desa yang paling aktif diantara desa-desa lain di Provinsi Jawa Barat dalam mengelola websitenya secara mandiri.
Dari berbagai program dan kebijakan yang telah dijalankan desa Majasari berhasil menurunkan angka kemiskanan di wilayahnya. Tahun 1983 desa Majasari masuk dalam IDT (Inpres Desa Tertinggal) dengan tingkat anga kemiskinannya sebesar 40%. Kini desa tersebut berhasil menurunkannya hingga mencapai angka 8,24% dibawah rata-rata tingkat kemiskinan nasional yang berada diatas 10%. Jauh di bawah tingkat kemiskinan Kabupaten Indramayu sendiri yang sebesar 12%. Pada APBDes TA 2017, Desa Majasari menganggarkan Pendapatan Desa sebesar Rp1,82 miliar dan Belanja Desa dianggarkan sebesar Rp1,77 miliar dimana sebesar Rp798 juta digunakan untuk Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa.
Keberhasilan dalam tata kelola pemerintahan desa yang baik dan kemampuan menumbuhkan partisipasi masyarakat membuat desa Majasari mendapat pernghargan sebagai Desa Terbaik Indonesia tahun 2016,
Tamer, 13/01/2023
0 Komentar